Meraih Mimpi, Melawan Keterbatasan

| Selasa, 28 Oktober 2014
Bagaimana mungkin seorang anak miskin pedalaman bisa menempuh sekolah di Amerika? Seorang penderita leukimia mendjadi dokter? Orang cacat menjadi sarjana? Bagaiamana bisa orang-orang itu menembus batas? ada satu rahasia penting yang menjadi resep ampuh orang-orang istimewa itu: tidak menyerah.

Ada banyak ceirta-cerita dari orang-orang yang didera keterbatasan dalam hidupnya, baik keterbatasah harta, fisik dan lainnya. Orang-orang istimewa telah membuktikan bahwa keterbatasan itu adalah tantangan yang harus dilawan, bukan malah diratapi. Keterbatasan bagi mereka bukanlah alasan untuk tidak maju, justru ia merupakan peluang untuk meraih mimpi-mimpi.

Tidak ada keterbatasan yang tak bisa ditaklukkan, banyak jalan untuk bisa menembus batas-batas itu. Al-Qur’an menjelaskan bahwa Allah tidak akan memberi cobaan pada seseorang di luar batas kemampuannya. Jadi benarlah bahwa keterbatasan itu adalah tantangan yang harus diterjang.

Semangat untuk tidak menyerah harus didukung dengan kerja yang keras, melebihkan usaha di atas rata (going the extra miles), keyakinan yang kokoh, tawakal, dan doa. Jalan perjuangan mewujudkan mimpi memang selalu terjal dan penuh liku. Tapi barang siapa yang tetap bertahan, maka pada akhirnya ia akan mendapatkan kemenangan. Allah tak akan menyia-nyiakan hambanya yang bersungguh-sungguh. Hampir semua orang sukses harus jatuh bangun pada mulanya, sebab jatuh bangun itu adalah jalan pematangan.

Mari renungkan, mungkinkah anak desa Dari Sumenep ke Kolombia? dia hanyalah anak petani miskin di pedalaman Madura, tapi semangatnya untuk maju sangat tinggi. Sejak ia nyantri di pondok pesantren, ia mulai menghitung bintang dan merangkai mimpinya. Yang menarik, mimpi itu muncul secara kuat bukan pada saat kondisinya yang serba kecukupan, melainkan sebaliknya yaitu dari kondisi yang serba kekurangan. Sang ibu yang rajin mengirimnya ke pondok, bersusah payah memanggul bekal anaknya, berkeringat, pemandangan itu membakar semangat nya untuk mewujudkan mimpinya mati-matian.

Kiriman dari orang tua yang sangat minim dan seringkali tidak cukup untuk sekadar memenuh kebutuhan pokok, membuat ia memutar otak. Ia tak mau menyerah pada keadaan yang sulit tersebut, hingga akhirnya ia menjadi agen penjual nasi bungkus untuk para santri. Ia rajin membaca, menulis dan berdiskusi. berIkat usahanya yang gigih, suatu ketika tulisannya dimuat majalah Annida, Sahabat Pena, dan Horison. Waktu demi waktu dilaluinya dengan melebihkan usaha dan kesabaran, hingga ia hijrah ke Yogyakarta dan tercatat sebagai mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, sampai melanglang buana ke University of South Carolina, Amerika Serikat.

Itu hanya sekilas ilustrasi mimpi dan cita-cita seorang anak desa. Hidup adalah anugerah yang sangat besar yang harus disyukuri, dan mimpi adalah sesuatu yang wajib dibela. Hanya mimpilah yang akan membuat kita melaju cepat menembus batas-batas, menuju masa depan baru yang menjanjikan. Kemampuan untuk bermimpi, berusaha dan berdoa adalah anugerah Tuhan yang membedakan manusia dengan binatang. 

Mari bermimpi, melawan segala keterbatasan
setinggi-tinggi langit, ingatlah bahwa kaki kita masih menginjak mimpi.
jangan pernah takut gagagl, berjuang saapai titik darah penghabisan
ALLAHU AKBAR

1 komentar:

Next Prev
▲Top▲