Newest Post

Nenek

| Jumat, 26 Desember 2014
read more »

Inilah kisah merdu yang tak berujung
Kau merayu di keheningan embun
Betapa menghujam jantung

Tetesan senyum
Menghiasi kerutan pipi
Memancar wangi bagai kasturi

Di ujung kota ini
Kau sapa seluruh ciptaan Ilahi
Dengan jasad yang tak mampu lagi
Kau layangkan doa suci

Wahai engkau seluruh makhluk
Lihatlah kii ku tertunduk
Terbentang jauh sampai ke ufuk
Menembus awan anpa batasan

Kala gemuruh adzan mengampiri
Bsru ku teringat
Kini ia telah pergi
Menghadap penguasa langit dan bumi

Tidaklah doa ini kan terhenti

Mengiringi di keheningan pagi  
semoga engkau selalu mendapat Ampunan dan Rahmat dari Allah SWT

Nenek

Posted by : syaiful's blog
Date :Jumat, 26 Desember 2014
With 0komentar

Solusi Menghadapi Anak Minder pada Siswa SMP dan SMA

| Kamis, 25 Desember 2014
read more »


    
Minder atau kurang percaya diri adalah hal wajar yang dialami setiap manuisa di awal masa pertumbuhan dan perkembangan. Minder biasanya dialami siswa yang kurang memiliki kontribusi atau kemampuan di antara teman-teman nya. Dewasa ini banyak pelajar kita yang terhambat berprestasi karena rasa minder di waktu Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Rasa minder disebabkan oleh beberapa hal yaitu pengaruh lingkungan, larangan berlebihan dari orang tua, kebiasaan orang tua yang suka memarahi kesalahan anak. Selain itu, kurangnya kasih sayang yang diberikan oleh keluarga sangat mendukung terbentuknya rasa minder karena minimnya perhatian yang diberikan yang disebabkan kesibukan dan rutinitas pekerjaan yang padat.
            Minder umumnya berawal dari  penilaian diri yang buruk. Meurut Alfred Adler, kebanyakain orang merasa minder karena mengalami inferioritas yang di tandai adanya perasaan tidak kompeten atau kurangnya kemampuan diri. Perasaan ini bisa muncul karena orang tersebut merasa memiliki kekurangan secara fisik maupun psikis. Seseorang yang selalu membandingkan dirinya dengan orang lain, dan merasa dirinya lebih rendah, kakn memunculkan rasa minder. Orang perfeksionis, yaitu orang yang sangat takut penampilannya tidak memuaskan (penampilan fisik maupun hasil karyanya), juga menandakan bahwa yang bersangkutan mengalami inferioritas. Karena merasa inferior, pada umumnya mereka cenderung manarik diri dari lingkungan sosial. Menurut psikoanalisis, perasaan inferior tumbuh sejak masa kanak-kanak.
Minder umumnya muncul dari pengalaman masa lalu. Seringkali pada masa-masa perkembangan, anak-anak dikondisikan untuk merasa bahwa dirinya memiliki hal yang memalukan. Dia merasa tidak sebaik orang lain. Perasaan inferior seringkali tumbuh karena sikap atau perilaku orang tua, guru atau orang dewasa lainnya, yang kurang tepat terhadap anak-anak. Orang dewasa seringkali melakukan penolakan dan koreksi negatif terhadap anak-anak. Julukan yang sifatnya olok-olok dan merendahkan yang terus dialami juga menjadi sebab seseorang menjadi inferior. Disamping itu prefeksionisme orang tua yang meiliki harapan terlalu tinggi dan tidak realistis terhadap anak juga turut mendorong lahirnya sifat inferior. Ketika anak tersebut tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya, ia akan merasa tak mampu dan merasa tidak berguna sehingga munculah minder. Dalam komteks proses KBM, siswa minder cenderung berpikir negatif terhadap diri sendiri atau meragukan kemampuan. Ia suka menyendiri dan sanagat berhati-hati terhadap orang lain sehingga pergerakannya terlihat sangat kaku. Pergerakannya agak terbatas, seolah-olah sadar bahwa dirinya memang mempunyai banyak kekurangan. Tingkat kecurigaan terhadap orang lain sangat tinggi, baik terhadap teman jauh dan dekat. Ia tidak percaya bahwa ia memiliki kelebihan yang tertutupi oleh rasa minder tersebut.
Guru yang baik adalah guru yang tidak hanya bisa mengajar dan membimbing siswa di kelas, melainkan juga mampu menyelesaikan permasalahan yang dialami siswa dalam proses KBM. Minder pada  anak dapat diatsi dengan 2 aspek, yaitu :



  Afektif
Menurut teori afektif yang dikemukakan Eric Erikson, pada usia 12-18 tahun anak berada pada fase Identitas Diri vs Kekacauan Peran dimana Pada usia ini anak mulai mengenal identitasnya, dan mengidentifikasikan sifat yang ada dalam dirinya. Sebagai guru, maka kita harus mampu merangsang atau mengajak siswa tampil dan berbicara di depan kelas agar lebih mengenal diri dan mengenalkan dirinya kepada orang lain. Dengan tahapan awal menyanyi, menari atau bercerita apapun yang ia suka di depan kelas. Mengkondisikan kelas agar anak tersebut mendapat apresiasi dari guru dan temannya. Guru harus mampu menekankan pada diri anak bahwa mereka patut dihargai karena memiliki potensi yang luar biasa. Meningkatkan rasa percaya diri anak dapat dilakukan dengan beberapa hal, yaitu berpikir positif yakin akan bisa, menenangkan diri atau menghilangkan grogi serta menjernihkan pikiran. Setelah rasa percaya diri terbangun perlahan, kita dapat membimbingnya untuk bagaiana cara public speking yang baik dengan memperhatinkan Posisi Berdiri, kontak Mata, mimik, artikulasi dan nada.

  Kognitif
Menurut teori yang dikemukakan John Piadget anak usia 11 tahun ke atasa masuk pada tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage). Tahap ini merupakan tahap akhir dari perkembangan kognitif secara kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi. Maka sebagai guru kita harus mampu mendekatinya (mencari info tentangnya) agar anak tersebut merasa diperhatikan.  Setelah itu, guru memberi motivasi dan memberi soal-soal latihan dalam bentuk cerita tanya jawab, soal latihan PR yang menarik dan teka-teki logika. Hal ini bertujuan agar anak mampu mengembangkan kemampuan kognitifnya. Selain itu, ia juga akan terpacu dan bersedia berdiskusi kepada guru atau teman saat kesulitan dalam mengerjakan soal. Dengan demikian rasa minder pada anak  akan teratasi  secara otomatis.




Solusi Menghadapi Anak Minder pada Siswa SMP dan SMA

Posted by : syaiful's blog
Date :Kamis, 25 Desember 2014
With 1 komentar:
Next Prev
▲Top▲